Nafsu Vandalisme atas Sejarah


Oud Batavia (Batavia Lama) menyeruak bagai sebuah mimpi, dimana pada abad ke-16 para pedagang dari Eropa menamsilkan “Mutiara dari Timur” (The pearl of orient). Mitos dan citra sebagai kota pusat perdagangan di Benua Asia menjadi daya tarik tersendiri. Keindahan kota yang mirip dengan Amsterdam ini,  luasnya sekitar 139 Hektar, dan didominasi dengan bangunan berarsitektur Eropa dan China sejak abad ke-17 hingga abad ke-19.

Pada masa lalu, Oud Batavia mejadi perebutan, karenanya menjadi symbol kejayaan bagi siapa saja yang dapat menguasainya, terutama kerajaan-kerajaan pada saat itu, termasuk  Verenigde Oost-indische Compagnie (VOC). Latar belakang sejarah yang panjang, dan bahkan pernah dikuasai oleh berbagai kerajaan dan Negara lain, maka saat ini, layaklah jika disebut  sebagai Kota Lama (tua), dimana banyak menyimpan sisa peninggalan yang bernilai sejarah, baik  bangunan tua, arsitektur dan arkeologis dari beberapa zaman yang berbeda.
Ketika kejayaan ekonomi dan perdagangan Oud Batavia runtuh, orang datang ke kota ini untuk menikmati hal-hal turistik.  Ironisnya, aksi corat-coret dinding bangunan Cagar Budaya banyak kita jumpai, hal ini sangat mengganggu keindahan kota ini. Di sisi lain Pemerintah Kota dan pengelola kawasan kota tua sedang giat melakukan perawatan dan pembenahan.

Pada tahun 1993, keputusan gubernur kepala daerah khusus ibukota Jakarta, dengan SK Gubernur No. 475/1993, menetapkan bahwa Bangunan Bersejarah dan Monumen di DKI Jakarta dilindungi sebagai bangunan cagar budaya, oleh pemerintah. Dimana bangunan cagar budaya itu harus dilestarikan, juga penting dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kota Jakarta. Namun, renovasi atau pemugarannya harus mendapatkan izin dari Tim Pemugaran Cagar Budaya.

Maka dalam merawat asset sejarah dan budaya, diperlukan kesadaran dan partisipasi masyarakat, agar warisan sejarah ini dapat dilihat sebagai suatu keutuhan Bangsa. Pada dasarnya lebih memberikan inspirasi pada pembangunan di masa mendatang, dan juga untuk meremajakan ingatan kita pada masa lalu yang kelam, agar dapat membuka sebuah celah harapan pada realitas masa kini.




Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Si Anak Hilang (Sitor Situmorang)

Pangururan, Kampung yang menjadi Kota

Pulau Seribu Kuburan