Posts

Showing posts from November, 2014

'Parmalim' Kepercayaan Asli Suku Batak Toba

Image
Setelah dua belas hari saya berpetualang di pulau samosir, saatnya saya harus bergeser, dan menjejakkan kaki ketempat tujuan berikutnya. Di temaram pagi yang remang, saya terjaga dan harus berkemas untuk melanjutkan perjalanan saya ke Parapat, salah satu kota kecil di pinggir Danau Toba, Sumatera Utara, tetapi kota ini bukan tujuan akhir saya. Sesampainya di Parapat, ada beberapa angkutan umum yang sudah nge-time , segera saya naik ke angkutan umum dengan tujuan Balige, lama perjalanan kurang lebih 1 jam dengan ongkos Rp 10,000, sampailah saya di Balige tepat pukul 12.00 siang. Tanpa pikir panjang, saya langsung mencari tempat penginapan. Tak terasa, ketika malam berlalu begitu cepat, kokok ayam jago sudah membangunkan saya dari tidur, seolah alarm waktu yang harus saya patuhi. Dan motor matic sewaan pun sudah siap untuk menemani penjelajahan saya. Melintasi jalan perkampungan terlihat hamparan sawah yang hijau, perjalanan terasa cepat, dalam waktu 30 menit saya telah tiba di de...

Dreams of Gold in Tumpang Pitu

Image
When roaring motorcycles broke the silence of the night in the teak woods, a beam of light flashed from a distance by a miner in a small hamlet in the protected forest zone of Gunung Tumpang Pitu, Pesanggaran district, Banyuwangi, East Java.   The vast teak woods bear abundant gold deposits, offering a potential treasure trove to local residents. The forest land, once a deserted area, has now become an overnight hunting ground for treasure, reportedly with each ton of gravel containing 2.3 grams of gold. With the discovery of gold ores by the local people several years ago, hundreds of residents have been thronging the area to pan for gold. Even without skills, they are digging into the earth and panning in groups at the foot of the mountain. Along the river stream, they are prepared to flounder about for hours in the hunt for gold. Today, the gold mining zone in Gunung Tumpang Pitu has sparked controversy in connection with threats to wildlife around th...

Jangan Lupakan Rawagede

Image
E mak Wanti (92) di usia senjanya, hidup di sebuah rumah sangat sederhana bersama anak dan cucunya. Walau tubuhnya sudah renta, ingatannya masih prima. Peristiwa 64 tahun yang lalu masih terbayang jelas di kepalanya. Ketika itu, tepat tanggal 9 Desember 1947, ratusan lelaki, termasuk suaminya, dibariskan di tanah lapang di kampungnya Rawagede, Karawang, dan tanpa basa-basi, ratusan manusia itu dibantai secara membabi buta oleh pasukan Belanda. Emak Wanti adalah salah satu dari ratusan korban Rawagede yang masih bertahan hidup. Dalam sisa hidupnya itu, Ia bersama yang lain, mengais sisa-sisa harapan, agar peristiwa yang memilukan itu tidak begitu saja dilupakan. Peristiwa 64 tahun silam adalah peristiwa kelam yang belum benar-benar tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia. Para korban yang masih bertahan hidup serta anak keturunannya, seperti dibiarkan merana, menanggung derita sejarah. Peristiwa pembantaian massal yang dilakukan oleh tentara Belanda itu, terjadi karena k...

Pulau Seribu Kuburan

Image
Hormatilah Ayah dan Ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang dikaruniakan Allah, Tuhanmu, kepadamu ... Penggalan ayat kitab suci itu mengingatkan pada pengorbanan orang tua kita, dan mungkin ayat ini pula yang menginspirasi masyarakat Batak Toba. Di zaman modern  sekarang ini, masyarakat Batak Toba masih melaksanakan ritual Mangokal holi (penggalian tulang belulang) leluhur mereka. Hal ini erat kaitannya  dengan transformasi kebudayaan religi masyarakat Batak sejak masa prasejarah (megaliktikum) hingga masa kekristenan masuk. Selain keindahan panorama alam Danau Toba, kekhasan ritual ini menjadi daya tarik  wisatawan yang akan datang ke Pulau Samosir. Dan inilah yang menjadi nilai jual pariwisata tentunya. Jika kita mengelilingi pulau Samosir dengan jalan darat, maka setiap beberapa puluh meter sisi kiri dan kanan jalan, kita melihat bangunan tugu-tugu (baca: kuburan) megah menyerupai Gorga (rumah adat Batak), ada pula yang berbentuk Sarkofagus, kusam da...

Seni Untuk Rakyat

Image
Berawal dari kegelisahan beberapa anak muda dalam melihat realitas dari berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka, muncullah ide untuk berkesenian, dimana seni diyakini bisa merupakan representasi dan abstraksi dari realitas. Mereka membina dan mendidik anak-anak dalam beberapa ketrampilan, bermusik, fotografi (kamera lubang jarum),    mencukil, menjahit kain perca, menyablon dan melukis, tanpa di pungut biaya seperak pun. Semua dilakukan dengan dana swadaya, setiap hari sabtu dan minggu pagi mereka berkumpul untuk belajar dan berlatih bersama, dilanjutkan dengan bersantab siang bersama, dengan lauk-pauk seadanya. Kesederhanaan dan kebersamaan itulah yang selalu mereka pertahankan sampai saat ini. Inilah Komunitas Atap Alis di bilangan kampung Rambutan, Jakarta Timur. Didirikan pada tahun 2006. Sampai hari ini, mereka tetap mengenalkan kesenian disebagian masyarakat yang hidup dipinggir kota Jakarta, agar tetap memiliki etos...

'Suara' Dalam Gerak Yang Bicara

Image
Malam itu, Goethe Haus Menteng dipadati pengunjung. Mereka berdesakan memasuki ruang pertunjukan untuk menyaksikan pamentasan tari kontemporer bertajuk “Suara” karya Nabilla Rasul (24). Koreografer muda ini memanifestasikan imaji dan kreatifitasnya pada gerak kreatif yang berkisah tentang kekerasan domestik. Dalam pementasan itu delapan penari perempuan Althea Sri Bestari, Andrea Paramitha Korompis, Anindya Krisna, Arisa Inagaki, Carolin Windy, Marina Nadya, Mariska Febriyani, Mima Afifah- menampilkan gerak tari yang merepresentasikan para perempuan sebagai korban kekerasan yang biasanya enggan untuk bersuara. Lewat gerakan gerakan yang dinamis, delalan penari perempuan itu berkisah tentang seluk beluk kekerasan, tidak hanya pada perempuan, tetapi juga fakta bahwa kekerasan sangat mungkin terjadi di sekitar kita, atau bahkan pada diri kita sendiri. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Tidak hanya pipi memar dan patah tulang, keker...

Refleksi Keindahan

Image
Pada estetika lebih menekankan pengalaman subyek mengenai indah tanpa mencermati asalnya, apakah itu dari kesenian alami atau karya ciptaan manusia. Pendekatan filsafatnya tentang yang “indah”, artinya menanyakan apa yang menjadi dasar radikal sesuatu itu dinamai atau dialami indah, karenanya dalam estetika tak lepas dengan seni, baik seni lukis, patung, tari, musik dan seni yang lainnya. Maka karya seni hadir dalam hubungan yang kontekstual dengan ruang dan waktu. Dengan presfektif ini, kelahiran sebuah seni selalu dimotifasi oleh berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat, dan kemunculannya bisa merupakan representasi dan abstraksi dari realitas, tetapi bisa pula pendobrakan atas realitas tersebut. Maka seni bukan media langsung realitas, seni bukan sekedar imitasi realitas, melainkan sebuah dunia realitas baru hasil interpretasi si pembuatnya atas realitas sebenarnya. Bagi Aritoteles, imitasi yang dilakukan seniman terhadap alam (realitas) tidak berhenti pada peniruan seba...

Nafsu Vandalisme atas Sejarah

Image
Oud Batavia  (Batavia Lama) menyeruak bagai sebuah mimpi, dimana pada abad ke-16 para pedagang dari Eropa menamsilkan “Mutiara dari Timur”  (The pearl of orient).  Mitos dan citra sebagai kota pusat perdagangan di Benua Asia menjadi daya tarik tersendiri. Keindahan kota yang mirip dengan Amsterdam ini,  luasnya sekitar 139 Hektar, dan didominasi dengan bangunan berarsitektur Eropa dan China sejak abad ke-17 hingga abad ke-19. Pada masa lalu,  Oud Batavia  mejadi perebutan, karenanya menjadi symbol kejayaan bagi siapa saja yang dapat menguasainya, terutama kerajaan-kerajaan pada saat itu, termasuk   Verenigde Oost-indische Compagnie (VOC) . Latar belakang sejarah yang panjang, dan bahkan pernah dikuasai oleh berbagai kerajaan dan Negara lain, maka saat ini, layaklah jika disebut  sebagai Kota Lama (tua), dimana banyak menyimpan sisa peninggalan yang bernilai sejarah, baik  bangunan tua, arsitektur dan arkeologis dari beberapa za...

Pesta Kampung Backpaker

Image
Sore itu Festival Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, kembali di gelar untuk yang ke 19 kalinya.  Dimana  jalan sepanjang 500 meter yang menghubungkan jalan Kebon Sirih dengan jalan KH Wahid Hasyim itu dipenuhi oleh pengunjung dari segala penjuru, hiruk pikuk wisatawan domestik atau pun mancanegara ikut meramaikan acara ini.  Ya, inilah sebuah pesta rakyat dengan atmosfir budaya yang kental akan menjadi muara interaksi sosial antara warga setempat dengan wisatawan. Ada beberapa hal yang menarik pada Festival tahun ini, antara lain lukisan di atas aspal jalan yang dikerjakan oleh 50 seniman dari lima kota. Selain itu bermacam acara juga di sajikan untuk para pengunjung, ada  pergelaran musik, pe ntas  tari, pemutaran film, bazar,  city tour  bemo, sampai  workshop  untuk  edukasi  juga digelar. Kali ini Festival Jalan Jaksa di selenggarakan selama 3 hari, mulai tanggal 23-25 Agustus 2013, dengan mengangkat tema...

Merasai detik-detik sang waktu dengan intuisi kreatif

Image
Semakin dalam kesedihan yang menggoreskan luka ke dalam jiwa kita, maka semakin mampu jiwa kita menampung kebahagian. Jika sedang bergembira mengacalah dalam-dalam ke lubuk jiwa, sebab disanalah akan kita dapati bahwa hanya yang pernah membuat kita menderita yang akan mampu memberi kebahagian. Hakikatnya, kita di tempatkan tepat ditengah timbangan, yang adil, antara kesenangan dan kesedihan. Jika kita dapat mengosongkan diri dan menenangkan hati, maka seimbanglah takaran itu. Jika sang Khalik mengangkat kita untuk menguji berat emas-perak di pinggan, disaat itulah kesenangan dan kesedihan timbul tenggelam. Dalam arti yang paling mendasar dimana pengalaman estetis sebenarnya terdiri dari unsur kerinduan dan dambaan, kenikmataan ( pleasure ), dan rasa sakit, juga gejolak emosi dan seluruh dinamika rasa-perasaan dan hasrat kita. Estetika hidup sehari-hari juga mesti keluar dari pakem atau kredo estetika sebagai filsafat “keindahan” yang terobsesi pada karya-karya adiluhung ( fin...