Posts

Showing posts from 2015

Inkulturasi Sebagai Transformasi Nilai Budaya

Image
Diminggu pagi yang cerah, pelataran gereja Katolik Keluarga Kudus, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terasa ada yang berbeda dari minggu-minggu biasanya. Diatas pintu masuk gereja tergantung banner sepanjang 4 meter bertuliskan “Horas, Mejuah-juah” yang artinya “damai dan suka cita buat kita semua.” Tampilan interior gereja pun dihiasi dengan berbagai ulos , mulai dari altar hingga pilar-pilar gedung gereja tak luput dengan hiasan ulos . Saat sinar matahari pagi mulai memberi kehangatan, satu persatu umat berdatangan memasuki halaman gereja. Sejumlah remaja perempuan berikat kepala dengan kain merah, dipadu benang emas yang dibordir dikain itu. Terlihat puluhan orang perempuan hiruk pikuk berbusana kebaya, dan mengenakan kain songket. Sementara di dekat gua maria, sekelompok kaum pria merapikan jasnya dengan mengenakan tutup kepala yang terbuat dari Ulos . Bagi suku Batak, terjuntai Ulos di bahu kanan menjadi kelengkapan yang khas dalam berbusana. Tepat pukul s...

Mendefinisikan Sampah Sebagai Karya Seni

Image
Malam itu, di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, menampilkan karya-karya empat seniman perempuan Norwegia, yaitu: Ingeborg Annie Lindahl, Gitte Saetre, Mona Nordaas, dan Anne Knutsen. Pameran kali ini bertema “Extensive – the other side” yang dikuratori oleh Kjell-Erik Ruud,   Gagasan pameran ini berawal dari kegelisahan mereka tentang isu-isu global, seperti lingkungan hidup dan isu-isu lokal  yang mereka amati, sesuai dengan kepekaan artistic- nya. Kjell-Erik dalam catatan kuratorialnya menyampaikan, bahwa keempat artis ini sangat concern pada environment . Lalu, isu-isu inilah yang muncul, dan menjadi pertanyaan penting bagi keempat seniman perempuan ini dalam berkarya. Pameran ini menjadi menarik, ketika Ingeborg Annie Lindahl menampilkan, goresan-goresan kapur putih, yang membentuk gunung api di dinding hitam galeri. Karya ini merepresentasi sebuah negeri yang dikelilingi oleh cincin api. Karya yang lain, seperti instalasi Mona Nordaas misalnya, menyusun...

Memaknai Nilai Intrinsik

Image
Puluhan anak muda berkumpul di Galeri Ruci, yang terletak dibilangan Jakarta Selatan. Kendati macet, satu-persatu para pengunjung pameran datang memenuhi gedung Galeri berlantai tiga itu. Mereka saling bertegur-sapa, sambil menikmati karya-karya yang terpajang didinding Galeri. Kali ini, Ruci Art Space menggelar pameran bertajuk “Y: Collect.”  Dalam pameran ini menampilkan karya sepuluh kolektor muda, diantaranya; Andia Absar Arryman, Junior Tirtadji, Kinez Riza, Marissa Soeryadjaya, Natasha Sidharta, Nicholas Tan, Resida Irmine, Aryadi Jaya, Tom Tandio dan Winda Malika Siregar. Menurut Melin Turisno, sebagai direktur Ruci Art Space , “Sajian karya seni kontemporer para kolektor muda ini merupakan wacana awal untuk mengumpulkan karya-karya seni. Tidak hanya memamerkan artefak saja, tetapi ingin menunjukkan apa yang menjadi kedalaman visi pada sebuah karya seni itu. Ini hanya sebuah perjalanan awal kami, tapi kami berharap audience dapat menangkap esensinya dan menj...

Smartphone dan Relasi Sosial

Image
D i gedung C , fakultas seni pertunjukan Institut Kesenian Jakarta ( IKJ ), seorang k oreografer muda, Rica O Darmawan (2 6 ) menggelar pe me ntas an tari kontemporer bert ajuk “Ponsel Pintar, Manusia Bodoh” pada Jumat (27/02) malam. Saat memasuki ruang pertunjukan penonton disambut dengan suara gemuruh jalanan aspal yang dilewati berbagai kendaraan bermotor. Di temaram lampu terlihat seorang penari seolah tertidur di atas scaffolding setinggi tiga meter. Lalu perlahan bergerak bangkit, dan melompat ke scaffolding yang lebih rendah. Selang beberapa menit muncul satu penari yang melompat-lompat dan bergelantungan di scaffolding layaknya seekor kera. Seperti biasa, beberapa karya koreografi Rica selalu memadukan seni tari dengan teater. Para penari tiba-tiba berlari cepat menggeser scaffolding membersihkan panggung, lalu berguling-guling, menjatuhkan tubuhnya dan bangkit kembali. Tiba-tiba suara-suara ponsel yang meriuhkan itu seolah mengganggu kera-kera, yang merep...

Menggugat Manipulasi Kesadaran

Image
Di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta , Jumat dan Sabtu (13-14/3) malam, Institut Ungu mementaskan Teater   “Subversif ”yang di sutradarai Wawan Sofwan .  Naskah ini diterjemahkan dan di adaptasi oleh Faiza Mardzoeki dari drama klasik ‘Enemy Of The People’ karya Henrik Ibsen , dramawan asal Norwegia abad 19. Dalam cerita, teater ini mengisahkan sebuah kota Kencana terancam bahaya karena seluruh saluran kota tercemar limbah tambang PT Tambang Harapan Gemilang. Suatu hari, dokter Torangga (Teuku Rifnu) menangani pasien pekerja tambang PT Harapan Tambang Gemilang yang terkena penyakit yang sama. Dan gejalanya serupa dengan pasien yang lainnya. Diam-diam dokter Torangga melakukan penelitian, dari hasil temuannya kota Kencana terancam bahaya limbah. Salah satu adegan pementasan Teater “Subversif” di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat dan Sabtu (13-14/3) malam. Pentas yang di sutradarai Wawan Sofwan, mengisahk...

Membaca Karya Raden Saleh

Image
Bila kita menyaksikan karya-karya Raden Saleh, kita tidak bisa mengingkari kehebatannya dalam penguasaan tehnik dan gaya lukisan Barat saat itu. Dimana kekuatan ideasionalnya begitu dasyat, sehingga kita tidak sanggup menolak, seolah ditarik untuk berkomunikasi dengan karya-karyanya. Pameran bertajuk “Aku Dipenogoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh” hadir kembali melalui sudut pandang pelukis klasik, seniman kontemporer serta publik. Pameran ini dikurasi oleh Dr. Werner Kraus, Jim Supangkat, dan Dr. Peter Cerey. Berlangsungnya pameran ini, di prakarsai dan dikoordinasikan oleh Goethe-Institut Indonesia dan bekerjasama antara Goethe-Institut, Galeri Nasional Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Indonesia, Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Erasmus Huis, Djarum Foundtion, Yayasan Taut Seni, Galeri Jurnalistik Antara, dan Universitas Paramadina. Berlangsung dari tanggal 6 Februari hingga 8 Maret 2015, di Ga...

Spiritualitas Dalam Seni Modern Korea

Image
Hiruk pikuk pengunjung gedung ‘A’, di Galeri Nasional, menjadi riuh. Disetiap sudut ruang pamer, sejumlah mahasiswa berdiri didepan karya yang tegantung untuk foto bersama, dan mereka saling bergantian. Di ruang yang berbeda, beberapa dari mereka melipat tangan didepan dada, sambil mengamati karya-karya lukisan yang tergantung di didinding ruangan. Kali ini, Korean Cultural Center Indonesia dan Galeri Nasional Indonesia serta Korea Arts Management Service, menggelar pameran bertajuk “Empty Fullness: Materiality and Spirituality in Contemporary Korean Art”, yang berlangsung dari 9 Januari 2015 hingga 20 Januari 2015. Pameran seni kontemporer ini dikuratori oleh Chung Joon-Mo, Park Young-Rin, dan Asikin Hasan, serta menampilkan sebanyak 5 karya keramik dan 47 karya lukisan, dari 16 seniman yang terlibat dalam pameran bersama ini. Karya-karya yang dipamerkan, terajut menjadi narasi tentang kelembutan dan kontemplasi si-seniman, yang berlandaskan akar budaya Korea, yaitu, “Dinasti J...

Seni dan Partisipasi Publik

Image
Sejumlah karya  lukis dan fotografi  tergantung ditiang-tiang bambu yang dirangkai mengeleilingi batang pohon yang tumbuh di tengah trotoar jalan cikini, Jakarta Pusat. Pameran bertajuk “Nekrokultura” ini  digelar untuk mengundang interaksi dan partisipasi publik. Gagasan ini muncul dari kegelisahan empat anak muda, yaitu; Agung Prasetyo, Kodir, Nufus dan Imam. Menurut Agung, bahwa “tema yang dipilih ,merupakan sebuah harapan untuk menstimulus kreatifitas kita.” Tentunya melibatkan semua orang, tanpa terkecuali, dapat melihat makna dari sebuah karya. Selain pameran fotografi, acara ini juga menyuguhkan pertunjukan Seni Tato Tradisi (Handtapping Tattoo), dan Pertunjukan Seni Tradisional .  Pameran ini digelar oleh Galeri Jalanan BauTanah dan BauTanah Tattoo Museum , pada 16 Januari 2015 hingga 19 Januari 2015.

Seni Rajah Tubuh

Image
Rangkain acara “ Nekrokultura ” yang di gelar oleh Galeri Jalanan Bautanah dan Museum Tato Bautanah adalah performance tradisonal Tato dengan tehnik Hand Tapping . Dalam performance ini melibatkan dua artis Tatto yaitu, Ranu Kodir dan Andre Demon. Mereka menyakini dengan melukis tubuh dengan teknik tradisional, Hand Tapping dapat melestarikan budaya kita, salah satunya Tato. Menurut sejarah, ternyata tato tubuh sudah dilakukan sejak 3000 tahun SM (sebelum Masehi). Tato pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada tahun 1769 . Beberapa peneliti yang lain mengatakan, bahwa Tato tertua adalah Tato Mentawai, terletak di kepulauan mentawai, Sumatra Barat.   Bagi tradisi Mentawai, tato menjadi sebuah seni budaya, selain itu juga menjadi simbol keseimbangan alam. Karenaya, objek yang digambarkan pada tubuh mereka seperti: tumbuhan, batu dan hewan. Dengan semangat menjunjung tinggi budaya kita, maka Museum Tato Bautanah hadir dengan segala kek...

Si Anak Hilang Telah Pergi ke Surga

Image
(Obituari Sitor Situmorang) S iang itu, minggu, 21 Desember 2014, beberapa status di media sosial menuliskan, bahwa Sitor Situmorang meninggal dunia di Apeldoom, Belanda. Sastrawan angkatan 45 i ni mengembuskan napas terakhirnya di usia 90 tahun.  Dimasa hidupnya Sitor membuat wasiat yang termaktub di dalam sajak bertajuk “Tatanan Pesan Bunda”. Dimana Sitor ingin dimakamkan di tanah kelahirannya, berdekatan dengan ibunya di Harian Boho, Samosir. Setibanya dari belanda, selasa, 30 Desember 2014, jenazah Sitor disemayamkan di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Malam itu, sejumlah tokoh hadir untuk memberikan penghormatan terakhir atas kepergian Sitor Situmorang. Dalam sambutannya, Anis Baswedan menyampaikan bahwa perjalanan hidup Sitor bukan hanya membekas pada zamannya, tetapi makna kehadirannya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Dalam pejalanan seninya, sejak  kecil Sitor menghabiskan waktu dilingkungan tradisi sastra lisan berbahasa Batak. Darah seninya lebi...