Melawan dengan Seni

Sore itu, 11 Juli 2025, Bentara Budaya Jakarta menggelar diskusi Pameran tunggal  “Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa.” Melalui karyanya, Moelyono menyuguhkan realitas sosial yang masih relate sampai hari ini, dimana Ludruk menjadi bagian sumber inspirasinya. 

Dalam pengamatan Moelyono, secara alami Ludruk adalah bentuk seni yang merefleksikan kehidupan rakyat kecil Desa sehari-hari, termasuk penderitaan, ketertindasan dan perjuangannya. Karenanya, Moelyono tertarik dengan cara Ludruk menyampaikan kritik sosial dengan spontan, humor, dan menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh semua kalangan. 

Saat kita menikmati karya Moelyono, bukan hanya sekedar menikmati estetika saja, lebih dari itu kita diajak memahami, merefleksikan, dan bertindak atas realitas sosial-politik yang mungkin bisa kita rasakan hari ini.

Bagi Moelyono, Ludruk semacam model Ideal untuk seni yang hidup dikalangan masyarakat, bukan hanya di galeri!









Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Si Anak Hilang (Sitor Situmorang)

Pangururan, Kampung yang menjadi Kota

Gorga