Mendefinisikan Sampah Sebagai Karya Seni
Malam itu, di Galeri Salihara, Jakarta Selatan, menampilkan
karya-karya empat seniman perempuan Norwegia, yaitu: Ingeborg Annie Lindahl,
Gitte Saetre, Mona Nordaas, dan Anne Knutsen. Pameran kali ini bertema
“Extensive – the other side” yang dikuratori oleh Kjell-Erik Ruud,
Gagasan pameran ini berawal dari kegelisahan
mereka tentang isu-isu global, seperti lingkungan hidup dan isu-isu lokal yang mereka amati, sesuai dengan kepekaan artistic-nya. Kjell-Erik dalam catatan
kuratorialnya menyampaikan, bahwa keempat artis ini sangat concern pada environment.
Lalu, isu-isu inilah yang muncul, dan menjadi pertanyaan penting bagi keempat
seniman perempuan ini dalam berkarya.
Pameran ini menjadi menarik, ketika Ingeborg
Annie Lindahl menampilkan, goresan-goresan kapur putih, yang membentuk gunung
api di dinding hitam galeri. Karya ini merepresentasi sebuah negeri yang
dikelilingi oleh cincin api.
Karya yang lain, seperti instalasi Mona Nordaas
misalnya, menyusun barang-barang bekas dan sampah yang ia kumpulkan dari
beberapa tempat di Jakarta, seperti; tutup botol plastik dan logam, CD, gallon
air mineral, origami burung, poster, velg sepeda, kaleng bir, pita, bedak, simcard hand phone, straw, uang logam, dan barang bekas lainnya. Mona membentuk
lingkaran menyerupai “Mandala” dari barang-barang bekas itu. Konsep Mandala
merupakan gambaran alam semesta, yang menjadi simbol karya dan pemikiriran
manusia.
Kerumitan dan akurasi dalam menata barang-barang
bekas menjadi kekeuatan pada karya Mona, karyanya menyampaikan pesan untuk
menyadarkan kita, tentang kecermatan, dan mendefinisikan kembali sampah dari
kehidupan kita sehari-hari sebagai karya seni.
Sementara Gitte Saetre menampilkan video performance, ia mengkomunikasikan
kepada kita, bahwa pekerjaan membersihkan itu menjadi simbol, dengan pesan
politik dan pesan sosial. Sedangkan karya Anne Knutsen menyampaikan tentang
perubahan iklim.
indah banget, padahal dari sampah...
ReplyDeletehttp://obatleukemia.toko-gumilar.com/