Posts

Showing posts from July, 2025

Melawan dengan Seni

Image
Sore itu, 11 Juli 2025, Bentara Budaya Jakarta menggelar diskusi Pameran tunggal  “Moelyono dan Seni Rupa Ludrukan Desa.” Melalui karyanya, Moelyono menyuguhkan realitas sosial yang masih relate sampai hari ini, dimana Ludruk menjadi bagian sumber inspirasinya.  Dalam pengamatan Moelyono, secara alami Ludruk adalah bentuk seni yang merefleksikan kehidupan rakyat kecil Desa sehari-hari, termasuk penderitaan, ketertindasan dan perjuangannya. Karenanya, Moelyono tertarik dengan cara Ludruk menyampaikan kritik sosial dengan spontan, humor, dan menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh semua kalangan.  Saat kita menikmati karya Moelyono, bukan hanya sekedar menikmati estetika saja, lebih dari itu kita diajak memahami, merefleksikan, dan bertindak atas realitas sosial-politik yang mungkin bisa kita rasakan hari ini. Bagi Moelyono, Ludruk semacam model Ideal untuk seni yang hidup dikalangan masyarakat, bukan hanya di galeri!

Geger Gempolkrep: Saat Gula Tak Lagi Manis

Image
Apa jadinya jika tanahmu diambil, airmu dipakai, dan suaramu dibungkam? Di panggung kecil di Bentara Budaya Jakarta, (11/7/2025), rakyat bicara lewat tawa dan tangis, itulah Ludruk “Geger Pabrik Gula Gempolkrep” dari Budhi Wijaya. Ludruk adalah teater rakyat khas Jawa Timur, yang biasanya diisi guyonan segar, tari remo, jula-juli dan cerita kehidupan rakyat. Ludruk Budhi Wijaya salah satu grup yang terus hidup sampai sekarang, yang konsisten mengangkat isu-isu sosial. Lakon “Geger Pabrik Gula Gempolkrep” mementaskan karakter dan konflik antara rakyat melawan penguasa kolonial. Lakon ini menghidupkan kembali tradisi “seni untuk menyuarakan rakyat,” bukan sekadar hiburan. Dalam kontek kekinian, ada kritik terhadap korporasi, negara, hingga sistem hukum yang tidak berpihak. Tapi tetap dibungkus dengan gaya satir. Kisah keributan di Gempolkrep yang dimainkan oleh Ludruk Budhi Wijaya ini menjadi bagian dari mozaik besar perlawanan rakyat terhadap kolonialisme. Ini bu...